Senin, 12 Oktober 2015

Analisis Artikel Ekonomi

Dividen BUMN Naik Jadi Rp 34 Triliun, Ini Kata Menteri Rini

By Achmad Dwi Afriyadi on 01 Okt 2015 at 21:40 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Komisi VI DPR RI menyetujui dividen perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 sebesar Rp 34,1 triliun. Angka ini lebih tinggi dari usulan awal Rp 31,1 trilun.

Menanggapi hal itu, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan langkah tersebut sebagai upaya untuk menutup pendapatan yang berkurang karena imbas perlambatan ekonomi. Pemerintah sendiri akhirnya merevisi pertumbuhan ekonomi dalam asumsi makro 2016, dari 5,5 persen menjadi 5,3 persen.

"Banggar mereview penerimaan negara, penerimaan negara dari nota keuangan, penerimaan negara bisa kurang. Harus ada pendanaan lain termasuk dari dividen jadi ditambahnya dividen jadi Rp 34,1 triliun," kata dia Jakarta, Kamis (1/10/2015).

Rini pun mengaku tak keberatan atas keputusan DPR untuk menaikan porsi dividen 2016. "Kami sebagai bagian pemerintah, BUMN harus mendukung pemerintah," tutur Rini.

Pada kesempatan yang sama, Rini juga mengaku pencairan penyertaan modal negara (PMN) dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP)2015 memang lambat. Lantaran, hal tersebut terganjal karena proses yang memang lama pula.

"Pada dasarnya PMN panjang harus siapkan peraturan pemerintah (PP), PP panjang, PMN juga pengetukan akhir Februari, mulai Maret," ujar Rini.

Namun begitu, dia meyakini jika PMN akan segera cair seluruhnya pada akhir tahun 2015. "Memang harus bertahap, pencairannya yang banyak kuartal III dan IV. PP sudah selesai tinggal penjadwalan paling lambat akhir November," ujar Rini. (Amd/Ahm)



Analisis :

Artikel diatas berjudul “ Dividen BUMN Naik Jadi Rp 34 Triliun, Ini Kata Menteri Rini” yang terdiri dari 7 paragraf dan bisa termasuk dalam karangan eksposisi karena artikel ini memberitahukan suatu informasi terkini  kepada pembaca dengan tujuan memperluas wawasan pembaca.

1)      Paragraf Pertama

Termasuk dalam paragraf Deduktif ditujukan dalam kalimat
 “Komisi VI DPR RI menyetujui dividen perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016” (Umum)
“sebesar Rp 34,1 triliun. Angka ini lebih tinggi dari usulan awal Rp 31,1 trilun.” (Khusus)
 

2)      Paragraf Kedua

Termasuk dalam paragraf Induktif yang terdapat didalamnya pola akibat – sebab ditujukan dengan kalimat

o   Akibat      = Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan langkah tersebut sebagai upaya untuk menutup pendapatan yang berkurang

o   Sebab       = karena imbas perlambatan ekonomi


3)      Paragraf Ketiga

Terdapat kalimat tidak langsung ditujukan dengan kalimat  "Banggar mereview penerimaan negara, penerimaan negara dari nota keuangan, penerimaan negara bisa kurang. Harus ada pendanaan lain termasuk dari dividen jadi ditambahnya dividen jadi Rp 34,1 triliun," kata dia Jakarta, Kamis (1/10/2015).

4)      Paragraf Keempat

Terdapat kalimat langsung ditujukan dengan kalimat "Kami sebagai bagian pemerintah, BUMN harus mendukung pemerintah," tutur Rini.
 

5)      Paragraf Kelima

Termasuk dalam paragraf Induktif yang didalamnya terdapat pola akibat – sebab ditujukan dalam kalimat :

o   Akibat      = pencairan penyertaan modal negara (PMN) dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP)2015 memang lambat

o   Sebab       = lantaran, hal tersebut terganjal karena proses yang memang lama pula.


6)      Paragraf Keenam

Terdapat kalimat langsung ditujukan dengan kalimat "Pada dasarnya PMN panjang harus siapkan peraturan pemerintah (PP), PP panjang, PMN juga pengetukan akhir Februari, mulai Maret," ujar Rini.

7)      Paragraf  Ketujuh

Terdapat kalimat langsung ditujukan dengan kalimat "Memang harus bertahap, pencairannya yang banyak kuartal III dan IV. PP sudah selesai tinggal penjadwalan paling lambat akhir November," ujar Rini.



Referensi :

Minggu, 11 Oktober 2015

PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir seseorang  yang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui sehinga dapat  menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Proposisi merupakan kalimat pernyataan yang dapat digunakan sebagai data. Proposisi berbentuk kalimat berita netral tidak termasuk kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi.

Proposisi dapat dibedakan berdasarkan :
a.    Jenis
1.      Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat. Semua S adalah semua P
Contoh : Semua sehat adalah semua tidak sakit.

2.      Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat. Semua S adalah P
Contoh : Semua motor beroda.

Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari peringkat subjek. Sebagian S adalah P
Contoh : Sebagian sayur adalah bayam.

3.      Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara  subjek dan predikat tidak terdapat relasi. Tidak satu pun S adalah P
Contoh : Tidak seorang pun manusia adalah binatang.

4.      Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat. Sebagian S tidaklah P
Contoh : Sebagian air tidaklah jernih.

b.    Kriteria
1.      Berdasarkan bentuk    : proposisi tunggal dan proposisi majemuk
2.      Berdasarkan sifatnya   : proposisi kategorial dan proposisi kondisional
3.      Berdasarkan kualitas   : proposisi posititif (afirmatif) dan proposisi negatif
4.      Berdasarkan kuantitas :proposisi umum (universal) dan proposisi khusus (particular)

Metode dalam menalar


Metode induktif

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni :

a. Paragraf generalisasi   : Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh : Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
* Jika ada udara makhluk hidup akan hidup.

b. Paragraf analogi      : Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh : Budi adalah lulusan Akademi Bintang
Budi dapat menjalankan tugasnya dengan baik
Tanto adalah lulusan Akademi Bintang
Oleh sebab itu, tanto dapat menjalankan tugasnya dengan baik

c. Paragraf sebab - akibat, akibat – sebab, akibat – akibat
Contoh : - Angin kencang yang terjadi kemarin menyebabkan pohon tumbang
-   Andi telat datang kesekolah hari ini disebabkan dia bangun kesiangan

Contoh paragraf Induktif :
Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti , Shuffle, salsa, modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.



Metode deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: - Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
 - Penata bunga itu merangkai beraneka bunga (umum) seperti : mawar, melati, dan anyelir (khusus) di meja panjang itu

Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
  1. Silogisme Kategorial
adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
  1. Silogisme Hipotesis
adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

-   Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika udara dingin saya pakai jaket.(mayor)
Sekarang udara dingin.(minor)
* Saya pakai jaket (konklusi).

-   Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
* Hujan telah turun (konklusi)

-   Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
* Kegelisahan tidak akan timbul

-   Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
* Mahasiswa tidak turun ke jalanan

  1. Silogisme Akternatif
adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bekasi atau Cikarang.
Nenek Sumi berada di Bekasi.
* Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Cikarang

  1. Entimen
Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen :
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam perlombaan lari itu.
Anda telah memenangkan perlombaan lari ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.



Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.



Referensi :
Kbbi.web.id/nalar-2
https://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14524/slide+penalaran.ppt