Minggu, 25 Mei 2014

Analisis Portofolio dalam IHSG



v     SAHAM
Beberapa tipe dari saham , termasuk :
  1. Saham biasa (common stock),
      Saham biasa (common stock) adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil kepemilikan dalam suatu perusahaan . Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari saham preferen (prefered stock) dalam hal pengembalian suara , pembagian deviden dan hak-hak yang lain .
Pemegang saham biasa dapat mempengaruhi kebijakan korporasi melalui proses pengambilan suara (voting) dalam pembuatan tujuan dan kebijakan , stock split dan memilih dewan direksi perusahaan . Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain.

  1. Saham preferene (preferred stock),
      Saham preferen (preferred stock) adalah bagian saham yang memiliki tambahan hak melebihi sahambiasa . Ada beberapa jenis saham preferen, antara lain :
Saham preferen partisipasi ; saham preferen yang membagikan dividen kepada pemegangnya ; pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai deviden kepada pemegang saham biasa (participating preference shares).
      Saham preference nonkumulatif ; saham preferen yang tidak mempunyai hak untuk mendapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif (nonummulative preferred stock).

            Saham preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagiaan dividen dan aset , dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemegang saham preferen dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain).
            Saham yang biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek . Struktur kelas ganda memiliki beberapa kelas saham (ontohnya ,Kelas A,Kelas B,Kelas C) masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri .
Saham harta adalah saham yang telah dibeli balik dari masyarakat .

v     PENILAIAN SAHAM BIASA
Ø      Expected Return
   The percentage yield that an investor forecasts from a specific investment over a set period of time.  Sometimes called the holding period return (HPR). The formula can be broken into two parts, Dividend Yield  +  Capital Gain



Contoh :
            PT. XYZ memperkirakan akan ada pendistribusian dividen tahun depan sebesar 3.000. Harga saham PT ini sekarang adalah 8.000 per lembar. Tahun depan diramalkan harga saham akan naik menjadi 10.000 per lembar karena perusahaan baru saja memenangkan proyek besar dari pemerintah. Berapakah Expected return dr saham PT.XYZ?

            r = 3000 + 10000 – 8000  = 62,5 %
                         8000

Ø      Dividend Discount Model – Perhitungan harga saham sekarang yang menyatakan bahwa nilai saham sama dengan present value dari semua dividen yang diharapkan di terima di masa yang akan datang.




Ø      Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant Growth Model)
            Dividen tumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan perusahaan
Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh pada suatu tingkat tertentu (g) / konstan
Model ini cocok untuk perusahaan yang mature dengan pertumbuhan yang stabil
P0 = D0(1+g)/Ks-g
Saham yg memberikan sejumlah dividen yang tetap jumlahnya dalam waktu yang tak terbatas
Karena saham preferen tidak mempunyai tanggal jatuh tempo, maka penilaian saham preferen merupakan suatu perpetuitas.
Dps
Kps
P0 = Nilai saham preferen
Dps = dividend saham preferen
Kps = tingkat return yang disyaratkan pd saham
Contoh :
            Microsoft mempunyai saham preferen dengan dividen yang dibayarkan sebesar Rp1.500 tiap tahun. Tingkat return yang diinginkan investor adalah 14%. Berapa nilai sekarang saham preferen?
V=Dp/kp
            = 1500/0,14
            = Rp  10.714,28

v     INDEKS SAHAM
            Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham:
IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks.
Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.
Indeks LQ45 menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi.
Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar.
Jakarta Islami Index, merupakan Indeks perdagangan saham syariah.
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.
Indeks kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian kompas

Ø      Jenis – Jenis Indeks
            Kendati IHSG sudah bisa menjadi indikator pergerakan pasar secara keseluruhan tapi sebagai investor tentunya tidak puas jika untuk melihat perkembangan harga dan pasar, hanya berpedoman pada satu indikator saja. Terlebih lagi sebagaimana kita ketahui saham yang diperdagangkan dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia struktur industrinya berbeda-beda. Jadi dengan alasan itu, maka BEI membentuk lagi beberapa indikator perdagangan, misalnya ada saham yang perhitungan indeksnya disatukan secara sektoral, ada yang individu saja dan ada pula yang berdasarkan kelompok, misalnya syariah, properti, dan indeks saham blue chips (likuid). Karena itu kini indikator perdagangan di BEI jumlah dibagi dalam beberapa kelompok, mulai dari Indeks Harga Saham Individu (IHSI), Indeks Harga Saham Sektoral, Indeks Harga Saham Likuid-45 (Indeks LQ-45), Indeks Harga saham Syariah atau yang disebut dengan Jakarta Islamic Index (JII).
            Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. Selanjutnya IHSI berubah sesuai dengan kondisi pasar. Setelah IHSI kita juga mengenal Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS). IHSS ini sebagaimana namanya menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, pertanian, perumahan dan properti, perbankan dan lain-lain. Di BEI sendiri indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
            Sementara itu untuk Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ 45 tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri 30 saham yang bisnis dan industrinya sesuai dengan syariat Islam. Jadi JII ini mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah.
            Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional; Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram; Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
            Di samping indikator perdagangan yang dibuat sesuai dengan jenis industrinya, BEI juga mengelompokan saham-saham yang masuk dalam kategori papan utama dan papan pengembangan. Yang masuk dalam kategori saham papan utama (main board) dan papan pengembangan (development board) ini adalah saham yang dikelompokkan sesuai dengan papan pencatatannya. Sederhananya papan utama adalah saham-saham yang kapitalisasinya besar. Sedangkan saham-saham pengembangan adalah saham-saham yang baru tercatat di BEI, dengan kapitalisasi yang lebih kecil.

v     INDEKS HARGA SAHAM
            Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks yang di sebut indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham saham pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock market index).
Indeks Harga Saham : Indeks yang menggambarkan perubahan – perubahan atau pergerakan harga masing – masing saham sejak pertama kali di keluarkan sampai pada periode tertentu. Indeks saham ini menunjukkan kinerja emitten
Ø      Indeks Harga Saham di bagi menjadi :
  1. Indeks Harga Saham Individual
  2. Indeks Harga Saham Gabungan
            a.         Seluruh Saham
            b.         Kelompok Saham ( Indeks LQ 45, & JII)
            c.         Jenis Usaha ( Sektoral )
Harga saham akan mengalami perubahan jika terjadi perubahan harga dasar saham secara teoritis yaitu harga penyesuaian akibat adanya aksi emitten seperti : Pembagian deviden saham, saham bonus, stock split, redemption, right issue dll.
            Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.
            Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.
            Indeks Harga Saham Individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga masing – masing saham, sampai pada tanggal tertentu. Indeks ini merupakan bentuk pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek.
  • Indeks Saham Individual
            SI = ( Ps / P base ) x 100 %
            SI = Indeks Saham Individual
            Ps = Harga Penutupan
            Pbase = Harga Perdana
Contoh :
Jika PT. Bank Karya pada tanggal 11 Nov 08 mencatatkan harga saham perdananya Rp. 1000,- diakhir sesi transaksi sebesar Rp. 1250,- tentukan nilai SI nya?
SI = ( Ps / Pbase ) x 100 %
SI = ( 1250 / 1000 ) x 100 % = 125 %
Artinya saham PT. Bank Karya mengalami kenaikan sebesar 25 poin.
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham : Indeks yang menggambarkan perubahan – perubahan atau pergerakan harga saham gabungan seluruh saham sejak pertama kali di keluarkan sampai pada periode tertentu. Indeks ini menunjukkan kinerja suatu saham gabungan di bursa efek
Indeks Harga Saham Kelompok
Menggambarkan rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham kelompok suatu saham, sampai pada tanggal tertentu.
            Indeks Harga Saham Gabungan atau yang lebih dikenal dengan IHSG, tentu menjadi sebuah istilah yang akrab di telinga sebagian masyarakat. Terlebih bagi para investor pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang mengukur harga saham yang dijual di bursa. Secara garis besar merupakan suatu alat ukur/indikator dari pergerakkan harga-harga saham yang ditransaksikan di suatu bursa efek dalam kurun waktu tertentu.
            Bagi investor, IHSG dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil keputusan berinvestasi namun ini tidak mutlak harus diikuti karena dalam memutuskan untuk membeli atau menjual saham hendaknya berdasarkan informasi yang tepat dan matang, tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan jangka waktu yang ditetapkan. IHSG merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu Negara.
            Naik turunnya IHSG menunjukkan naik turunnya minat investasi, khususnya yang dilakukan melalui lantai bursa. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk investasi lain, investasi di lantai bursa memang lebih genuine dalam mengukur minat publik dalam berinvestasi. IHSG bisa menunjukkan kemampuan lingkungan ekonomi dalam menarik minat investor. Secara sederhana naiknya IHSG menggambarkan bahwa lingkungan ekonomi tampak semakin menarik bagi investor.

v     PERKEMBANGAN IHSG DI INDONESIA
            Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Posisi tertinggi yang pernah dicapai IHSG adalah 3.357,032 poin yang tercatat pada 15 September 2010.
            Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indikator untuk membantu pergerakan harga saham. IHSG merupakan gambaran bagi para investor untuk melakukan investasi portofolio di pasar modal. Dengan melihat IHSG para investor dapat memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi di pasar modal seperti harga saham dan keuntungan yang akan diperoleh. Walaupun demikian kemungkinan-kemungkinan ini bisa saja tidak sesuai dengan harapan yang ingin didapat oleh para investor setelah mereka melakukan investasi portofolio tersebut, karena tingkat risiko yang akan diterima hampir sama dengan tingkat keuntungan yang akan diraih. Jadi dengan adanya IHSG ini sangat membantu para investor untuk melakukan investasi portofolio di pasar modal.
            Pada tahun 1992 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia berada pada posisi 274,34 dengan tingkat keuntungan atau return IHSG yang diraih sebesar 18,4 persen. Sedangkan pada tahun 1993 IHSG meningkat menjadi berada pada posisi 588,77 dengan tingkat return IHSG yang diraih meningkat juga menjadi sebesar 114,6 persen. Sedangkan pada pada tahun 1994 IHSG menurun menjadi berada pada posisi 469,64 dengan tingkat return yang diraih sebesar - 20,2 persen yang diakibatkan oleh perekonomian yang belum stabil. Dan pada tahun-tahun berikutnya IHSG dan return IHSG mengalami fluktuasi yang diakibatkan oleh belum kondusifnya perekonomian dalam negeri baik dari segi ekonomi, sosial,dan keamanan.
            Pada tahun 1998 IHSG di Indonesia berada pada posisi 398,03 dengan return yang diterima menurun menjadi sebesar 0,9 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia sehingga menyebabkan harga-harga barang naik secara keseluruhan yang diakibatkan oleh terpuruknya mata uang nasional. Dan juga menyebabkan para investor banyak yang mengalami kerugian sehingga banyak perusahaan yang harus bangkrut. Dan pada tahun-tahun berikutnya IHSG serta returnnya mengalami fluktuasi yang diakibatkan oleh terjadinya pergantian presiden dari masa orde baru ke masa reformasi dan terjadinya kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan perekonomian tidak stabil.
            Indeks harga saham gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks haraga. Sebagai contoh IHSG di masing-masing negara memiliki tingkat perkembangan yang berbeda. Tabel 3.4 menyajikan perkembangan IHSG di Asia Pasifik termasuk indonesia selama tahun 2005 hingga 2007.
            Dalam tiga tahun tersebut perkembangan IHSG di indonesia menunjukkan pertumbuhan yang baik mencapai lebih dari 51% dan berada pada peringkat ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pasar modal di Indonesia semakin membaik.
Tabel 3.4 Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2005-2007
Panel B : Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2006-2007

Negara         29 Desember 06                      27 Desember 07                 %
Shenzhen         550,59                                     1.453,47                      163,98
Shanghai         2.675,47                                  5.308,89                      98,43
Indonesia        1.805,52                                  2.739,704                    51,74
Mumbai           13.786,91                                20.216,72                    46,64
Hong Kong     19.964,72                                27.842,93                    39,46
Malaysia          1.096,24                                  1.437,82                      31,16
Thailand          679,84                                     852,06                         25,33
Philipina          2.982,54                                  3.667,64                      22,97
Singapura        2.985,83                                  3.477,20                      16,46
DowJones       12.463,15                                13.359,61                    7,19
Taiwan                        7.823,72                                  8.313,72                      6,26
Jepang             17.225,83                                15.564,69                    (9,64)
Tabel 3.4 Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2005-2007
Panel A : Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2005-2006

Negara                     30 Desember 05   27 Desember 06         %
Shanghai                     1161,06           2536,39                       118,45
Shenzhen                     278,75             545,58                         95,72
Indonesia                    1162,64           1803,264                     55,11
Mumbai                       9347,93           13859,69                     48,26
Philipina                      2096,04           2883,47                       37,57
Hong Kong                 14876,43         19725,73                     32,60
Singapura                    2347,34           2959,41                       26,08
Malaysia                      899,79             1083,22                       20,39
Taiwan                                    6548,34           7733,18                       18,09
DowJones                   10717,50         12510,57                     16,73
Jepang                         16111,43         17223,15                     6,90
Thailand                      713,73             689,84                         (3,35)
Pada tahun 2008 IHSG di Indonesia menurun menjadi berada posisi 1.355,41 dengan return yang diraih menurun menjadi sebesar - 50,6 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat sehingga banyak perusahaan-perusahaan mengalami kebangkrutan yang berefek pada banyaknya para investor yang mengalami kerugian yang sangat besar dan berefek pada investasi portofolio yang ada di pasar modal mengalami penurunan drastis.

v     METODE PERHITUNGAN IHSG
·         Metode Rata – Rata
Penjumlahan harga saham yang di transaksikan dibagi dengan faktor pembagi tertentu. IHSG dengan Metode rata – rata di rumuskan :
IHSG = ( Jumlah Ps / Jumlah Pbase )
·         Metode Rata – Rata tertimbang
Metode ini menggunakan pembobotan harga pasar saham dan harga dasar saham.
Metode yang di gunakan :
  • Metode Paasche ( IHSG = Jumlah Ps x Ss / Jumlah Pbase x Ss ) Ss = jumlah saham beredar ( outstanding shares )
  • Metode Laspeyres ( IHSG = Jumlah Ps x So / Jumlah Pbase x So ) So = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar.
Pertama-tama akan dihadirkan metode-metode yang umumnya digunakan untuk menyusun indeks saham. Secara umum, ada dua jenis rumusan untuk membentuk indeks saham. Pertama rumus atau metode yang dikenal dengan nama Weighted Average. Rumusnya adalah (Sigma)PxQ/Nd kemudian dikali dengan 100.
P adalah harga saham di pasar reguler. Q adalah bobot saham (jumlah saham yang tercatat di Bursa HYPERLINK "http://bursa.ariefew.com/bursa-efek-indonesia/"Efek Indonesia). Nd adalah nilai dasar, yaitu nilai yang dibentuk berdasarkan jumlah saham yang tercatat di BEI yang masuk dalam daftar penghitungan indeks.
Nilai dasar bisa berubah jika ada aksi korporasi yang menyebabkan jumlah saham berkurang atau bertambah. Sederhananya, setiap saham dihitung terlebih dahulu kapitalisasi pasar. Kemudian dijumlahkan seluruh kapitalisasi pasar per saham atas sahamsaham yang diperhitungkan dalam indeks, lalu dibagi dengan nilai dasar, kemudian dikalikan dengan 100.
kapitalisasi pasar per saham yang di total ini berbeda dengan nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI, karena ada sahamsaham yang tidak perhitungkan dalam penghitungan indeks.
Saham saham yang tidak diperhitungkan ini menjadi rahasia BEI. Pihak BEI memiliki kriteria sendiri atas sahamsaham yang bisa dimasukkan dalam penghitungan IHSG.
Jadi boleh dibilang, IHSG merupakan nilai representatif atas ratarata harga seluruh saham di BEI berdasarkan jumlah saham tercatat. Itulah kenapa disebut sebagai Weightened Average nilai harga ratarata terhadap bobot atau jumlah saham.
Rumus kedua adalah apa yang disebut sebagai Average. Penghitungannya mirip dengan rumus pertama. Hanya saja, tidak memasukkan bobot atau jumlah saham tercatat dalam penghitungan. Rumusnya adalah (Sigma)P/Nd dikali 100.
dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham, dan d adalah Nilai Dasar.
Metode ini dipakai oleh indeks saham industri Dow Jones (Dow Jones Industrial Average/DJIA). Alasan indeks ini tidak memasukkan bobot sebagai pengali harga saham karena DJIA merupakan indeks 30 saham terpilih di bursa New York.
Sebanyak 30 saham yang masuk dalam DJIA diasumsikan telah memiliki bobot yang setara, sehingga penghitungan bobot dianggap tidak perlu lagi. Sebagai catatan, 30 saham ini boleh dibilang mewakili setiap industri di Amerika Serikat (AS) dan memiliki likuiditas transaksi yang tinggi.
Kalau boleh disamakan, indeks LQ45 memiliki karakter yang mirip dengan DJIA, meskipun rumus penghitungan yang dipakai tetap sama seperti rumus yang dipakai dalam menghitung IHSG.
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustus"Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
v     TUJUAN PENILAIAN SAHAM
Saham merupakan aset finansial yang dapat dijadikan investasi
Penilaian saham dilakukan utk menentukan apakah saham yg akan dibeli atau dijual akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan return yang diharapkan.
Nilai saham dibedakan menjadi:
·         nilai buku,
·         nilai pasar, dan
·         nilai instrinsik.
·         Nilai buku (book value)
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih (net assets) yang dimiliki pemilik dengan memiliki satu lembar saham .Dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan .

·         Nilai pasar (market value)
Harga saham dibursa saham pada saat tertentu .
Ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa .
·         Nilai intrinsik (intrinsik value)
·         Nilai sebenarnya / seharusnya dari suatu saham .
·         Alon investor menghitung nilai instrinsik saham untuk memutuskan strategi investasinya .
·         Jika nilai pasar  > nilai instrinsik > overvalued > jual
·         Jika nilai pasar < nilai instrinsik > undervalued >beli.
Ø      Menentukan nilai intrinsik
Analisis fundamental
 Menghitung nilai instrinsik menggunakan data keuangan perusahaan
Analisis teknikal
 Menghitung nilai instrinsik dari data perdagangan saham (harga dan volumen penjualan ) yang telah lalu .
Ø      Analisis teknikal
Terdapat pola pergerakan harga saham yang diyakini akan berulang .
Menggunakan grafik (chart) untuk menemukan pola pergerakan harga saham .
Support level
·         Tingkat kisaran harga, pada saat analis mengharapkan akan terjadi peningkatan yang signifikan atas permintaan saham di pasar ( lower boundary = batas bawah ) Resistance level .
·         Tingkat kisaran harga, pada saat analisis berharap terjadi peningkatan yang signifikan atas penawaran saham di pasar ( upper boundary = batas atas)
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya diwaktu lalu. Analisis ini didasarkan pada argumen bahwa :
  • Harga saham menerminkan informasi yang relevan .
  • Informasi yang relevan ditunjukan oleh perubahan harga di waktu lalu .
  • Perubahan harga saham akan mempunyai pola  tertentu dan pola tersebut akan berulang .
  • Alat analisis pada analisis teknikal adalah didasarkan pada grafik atau chart , sehingga para penganut aliran ini sering disebut chartist .
Ø  Analisis fundamental
Tahapan :
·         Proses analisis “Top-down”.
·         Analisis ekonomi dan pasar modal
·         Analisis industri
·         Analisis perusahaan
Ø      Analisis ekonomi
            Terdapat hubungan yang erat antara kondisi ekonomi global dan nasional terhadap kinerja pasar modal suatu negara, apalagi terhadap suatu perusahaan. Menganalisis variabel ekonomi makro suatu negara, spt: Produk domestik bruto (GNP), Tingkat pengangguran, tingkat inflasi, kurs valuta asing, investasi swasta, dan tingkat bunga.
Ø      Analisis industri
Diperlukan untuk memilih industri yg memiliki prospek yang menguntungkan. Beberapa penelitian menyebutkan :
·         Industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda
·         Tingkat return masing-masing industri berbeda disetiap tahunnya
·         Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup beragam
·         Tingkat risiko industri juga beragam
·         Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu
 Daur hidup industri (dikaitkan dengan nilai penjualan):
   Tahap Permulaan  Pertumbuhan  Kedewasaan  Stabil  Penurunan. Persaingan dalam industri  Michael Porter Five Forces of Competitive  Internal Rivalry, New Entrants, Supplier, Consumers, dan Substitution.
Ø      Analisis perusahaan
~ Analisis Fundamental:
Ada dua pendekatan dalam analisi fundamental:
·         Present value approach (capitalization of income method)
·         Price earning ratio approach.
1. Present value approach
·          nilai saham dihitung dg mendiskontokan arus kas masa depan yg diterima investor (diwakili o/ dividen)  dividend discounted model
2.  P/E ratio approach
·         rasio harga pasar saham terhadap laba
·         menunjukkan berapa besar investor menilai harga saham dari kelipatan laba yang dilaporkan perusahaan.
            2 komponen utama dalam menganalisis perusahaan adalah Earning per share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER).Kedua komponen dpt dipakai mengestimasi nilai instrinsik saham ,dividen yang dibayarkan berasal dari earning dan ada hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
v     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG
            Sekarang akan dibahas mengenai faktor-faktor apa saja yang membuat level IHSG bergerak naik atau turun. Pertama tentunya harga saham. Namun tidak hanya itu. Kenaikan atau penurunan tajam harga satu saham memang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Namun seberapa besar kenaikan itu mempengaruhi IHSG tergantung pada bobot saham tersebut. Jadi sederhananya, kenaikan atau penurunan IHSG sangat bergantung pada pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Berangkat dari sinilah kemudian muncul beberapa saham yang disebutsebut sebagai motor penggerak IHSG.
            Sebut saja saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Saham ini memiliki saham tercatat mencapai 20,159 miliar saham. Dengan harga saat ini sebesar Rp 8.700, maka kapitalisasi pasar TLKM mencapai Rp 175,383 triliun. Nilai itu mencapai 10% dari total nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI yang masuk dalam penghitungan IHSG. Kapitalisasi pasar BEI saat ini sekitar Rp 1.700 triliun. Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, kenaikan atau penurunan harga sebesar Rp 50 poin saja akan memberikan pengaruh pada level IHSG.
            Saham TELKOM memang tercatat sebagai saham dengan kapitalisasi terbesar di BEI. Lain halnya dengan saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Saham BNBR yang tercatat di BEI mencapai 93,721 miliar saham, jauh lebih besar dari TLKM. Akan tetapi, harga saham BNBR saat ini sebesar Rp 127 yang berarti nilai kapitalisasi pasar BNBR sebesar Rp 11,902 triliun. Angka tersebut tidak sampai 1% dari kapitalisasi pasar BEI.
            Jadi, meskipun BNBR mengalami kenaikan harga atau penurunan harga sebesar 35% pun tidak akan memberi pengaruh besar terhadap perubahan level IHSG. Lain halnya jkalau suatu saat harga saham BNBR mencapai Rp 5.000, dapat dipastikan kenaikan atau penurunan tipis harga saham BNBR akan memberi pengaruh besar pada level IHSG. Oleh sebab itu, jika level IHSG naik tajam, dapat dipastikan hal itu didorong oleh kenaikan hargaharga saham berkapitalisasi besar atau yang lebih dikenal sebagai Huge Cap. Jadi wajar saja, kalau saham TLKM naik tajam, level IHSG pun akan terkerek naik secara tajam pula.
            Kelemahan penghitungan ini adalah karena rumus ini memasukkan sahamsaham yang kurang aktif diperdagangkan serta memasukkan faktor bobot atau jumlah saham secara keseluruhan dalam penghitungannya. Contohnya, saham TLKM hanya ditransaksikan sebanyak 1 lot dan mengalami kenaikan sebesar Rp 300 hari ini. Kapitalisasi pasar yang terbentuk mewakili seluruh 20,159 miliar saham TLKM. Jadi level IHSG sudah pasti akan terangkat.
            Dan metode ini ikut memasukkan sahamsaham yang kurang aktif diperdagangkan, malah terkadang tergolong saham tidur. Ini akan memangkas representasi pasar IHSG secara riil, karena sahamsaham yang tidak ditransaksikan ikut dimasukkan dalam penghitungannya. Kendati demikian, BEI menganggap metode yang dipakai ini sudah cukup mewakili pergerakan seluruh saham harian di lantai bursa.

v     KEGUNAAN IHSG
            Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berguna untuk melihat perubahan harga saham secara keseluruhan di pasar. Baik kenaikan maupun penurunan harga saham di lantai bursa bisa dilihat dari kenaikan dan penurunan IHSG ini. Misalkan, nilai IHSG selama tiga hari berturut-turut adalah 4.937,417; 4.899,354; dan 4.925,152, hal ini berarti ada penurunan harga 38,063 poin dari hari ke-dua terhadap hari sebelumnya dan terjadi kenaikan 25,798 poin dari hari ke-dua ke hari ke-tiga.
            Penurunan IHSG atau kenaikan IHSG ini bukan menyatakan seluruh harga saham yang tercatat di bursa mengalami penurunan atau kenaikan. Kenaikan IHSG ini menyatakan bahwa harga saham yang tercatat di bursa tersebut cenderung mengalami kenaikan lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami penurunan.
            Begitu pula dengan IHSG yang turun, hal ini menyatakan bahwa penurunan harga cenderung lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami kenaikan. Artinya investor yang melihat IHSG mengalami kenaikan belum tentu harga saham yang sedang portofolionya mengalami kenaikan.
            Ada kemungkinan IHSG yang sedang naik di mana harga saham yang dalam portofolionya mengalami penurunan dikarenakan saham-saham yang harganya turun pada pasar dan pada perhitungan IHSG.
            IHSG bisa digunakan untuk melihat perkembangan harga saham dari waktu ke waktu atau dari sejak IHSG tersebut dihitung. IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) dihitung mulai Agustus tahun 1982 dengan nilai 100 dan hingga hari ini IHSG telah mencapai angka 4978. Hal ini berarti IHSG BEI telah mengalami kenaikan 48,7 kali dari nilai awal IHSG.
            Dengan waktu yang panjang tersebut, harga saham di bursa mengalami kenaikan dan penurunan. Bila ditelusuri, ada harga saham di BEI yang telah naik sebesar kenaikan IHSG tersebut. Namun, ada juga harga saham yang tidak banyak berubah dari harga semula atau harga IPO.
            Kegunaan lain dari IHSG adalah sebagai patokan untuk portofolio saham bagi investor atau manajer investasi. Angka yang digunakan sebagai perhitungan dalam bentuk persentase bila IHSG digunakan sebagai patokan.
            Jika kenaikan IHSG lebih tinggi daripada kenaikan portofolio investor atau manajer investasi, portofolio yang dikelola tidak berkinerja baik. Kinerja portofolio dianggap berkinerja bagus jika kenaikan IHSG lebih rendah daripada kenaikan portofolio investasi investor atau manajer investasi.

v     INDEKS HARGA SAHAM
Ø          Angka Dasar
·         Indeks harga saham merupakan cermin dari fluktuasi harga saham di pasar yang dinyatakan dalam suatu angka dan didasarkan pada angka dasar tertentu
·         Angka dasar merupakan angka indeks awal sebelum harga pasar terbentuk
·         Angka dasar ditetapkan oleh masing-masing Bursa Efek, yaitu 100, 500, atau 1.000

Ø          Perubahan
·         Begitu harga pasar terbentuk untuk detik yang pertama kali, berarti indeks harga saham sudah berubah, mungkin di atas mungkin di bawah angka dasar
·         Dalam setiap detik perdagangan efek terjadi transaksi bursa, sehingga angka indeks saham individu dan indeks saham gabungan berubah

Ø          Perubahan Total Nilai Dasar
·         Indeks harga saham berubah karena harga saham di pasar berubah
·         Indeks harga saham juga dapat berubah karena perubahan total nilai dasar saham
·         Perubahan total nilai dasar saham terjadi karena perusahaan mengeluarkan modal saham tambahan melalui right issue, waran, dan convertible bonds
·         Saham bonus dan split tidak mengubah total nilai dasar

Ø          Jenis –Jenis
  • Jenis-jenis indeks harga saham, yaitu:
o       Indeks harga saham individu
o       Indeks harga saham parsial
o       Indeks harga saham gabungan (composite index)

·         Setiap pihak boleh membuat indeks parsial untuk kepentingan sendiri

Ø          Return Saham
·         Indeks harga saham banyak digunakan untuk menganalisis return saham

·         Return saham yang dihitung dengan menggunakan harga saham dalam rupiah sangat berbahaya apabila selama periode pembanding harga tersebut telah terjadi corporate action
Ø          Return Saham dengan Adjusted Price
·                                                                 Penggunaan rupiah hanya dibenarkan dalam menghitung return saham, jika harga pasar sebelum corporate action disesuaikan dengan corporate action sehingga terbentuk adjusted price

·                                                                 Harga pasar sekarang (setelah corporate action) dibandingkan dengan adjusted price akan menghasilkan return yang benar
Ø          Return Tahunan
·                                                                 Untuk menghitung return tahunan dari sejumlah saham yang diteliti, tentu akan sangat sukar mencari adjusted price setiap jenis saham yang diteliti itu, sehingga cara ini tidak praktis
Ø          Return dengan Indeks Individu
·                                                                 Cara yang mudah untuk menghitung return saham bulanan atau tahunan adalah dengan menggunakan indeks harga saham individu, karena tidak perlu memperhatikan lagi ada tidaknya corporate action
Ø          Return dalam Rupiah
·         Jika dalam suatu periode waktu tidak ada tindakan corporate action yang dilakukan perusahaan yang return-nya akan dianalisis, maka harga saham dalam nilai rupiah dapat digunakan

·         Apabila masih ingin menggunakan harga saham dalam nilai rupiah walaupun ada tindakan corporate action, maka harga saham sebelum corporate action harus disesuaikan atau dikoreksi secara proporsional

Ø          Estimasi Return

            Mengetahui secara pasti berapa return yang akan diperoleh dari suatu investasi di masa mendatang adalah pekerjaan yang sangat sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya bisa diperkirakan melalui pengestimasian. Return investasi di masa datang adalah return harapan dan sangat mungkin berlainan dengan return aktual yang diterima. Jika seorang investor misalnya mengharapkan return suatu investasi sebesar 10%, maka mungkin saja tingkat return aktual yang akan diperoleh tidak sama dengan 10%, bisa kurang atau lebih. Pada dasarnya, tingkat return harapan sebesar 10% tersebut hanyalah sebuah angka etimasi yang kenyataannya mungkin bisa di bawah atau di atas angka tersebut.

contoh :
Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan return harapan dari suatu sekuritas ABC berdasarkan skenario kondisi ekonomi seperti dalam tabel 4.1. di bawah ini:
            Tabel 4.1. Distribusi probabilitas Return Sekuritas ABC

Kondisi ekonomi
Probabilitas
Return
Ekonomi kuat
0,30
0,20
Ekonomi sedang
0,40
0,15
Resesi
0,30
0,10
Perhitungan return harapan dari sekuritas ABC tersebut bisa dihitung rumus 4.2 di atas, seperti berikut ini :
            E(R) = [(0,30) (0,20)] + [(0,40) (0,15)] + [(0,30) (0,10)]
                    = 0,15
            Jadi, return harapan dari sekuritas ABC adalah 0,15 atau 15%

         Metode aritbmetic mean adalah metode perhitungan statistik yang biasa kita pakai untuk menghitung nilai rata-rara, dan biasanya diberi simbol x bar .secara matematis ,rumus arithmatic
         Contoh : Aset ABC selama 5 tahun memberikan return berturut-turut
         sebagai berikut:
         Tahun Return (%) Return Relatif (1 + return
         Hasil perhitungan metode arithmetic mean diatas adalah nilail rata-rata return selama 5 tahun. Akan tetapi metode arithmetic mean   kadangkala bisa menyesatkan terutama jikapola distribusi return
         selama suatu periode mengalami presentase perubahan yang sangat fluktuatif .oleh karena itu , ada suatu metode lain yang disebut sebagai geometric mean , yang bisa menggambbarkan secacra lebih akurat “nilai rata –rata yang sebenarnya “ dari suatu distribusi return selama suatu periode tertentu .
         Dalam hal ini Rn adalah return relatif pada periode n . return relatif diperbolehkan dari penjumlahan  1,0 terhadap return . penambahan nilai 1,0 tersebut berguna untuk menghilangkan niali negatif
         dalam perhitungan geometric mean .jika distribusi return aset ABC seperti tabel diatas ,mamka kita hitung denga metode geometric mean , maka hasil yang kita dapatkan adalah
G = [(1 + 0,1525) (1 + 0,2035) (1 – 0,1750) (1 - 0,1075)
(1 + 0,1540)]1/5 – 1
= [(1,1525) (1,2035) (0,8250) (0,8925) (1,1540)]1/5 – 1
= (1,1786) 1/5 – 1
= 1,0334 – 1
= 0,334 = 3,34% 

Dari perbandingan perhitungan kedua metode ini , hasil perhitungan metode geometric mean lebih kecil dari hasil perhitungan metode  arithmetic mean . mengapa demikian ? hal ini disebabkan perhitungan geometric mean adalah perhitungan yang bersifat pelipatgandaan (compounding) dari aliran return selama periode tertentu .perhitungan seperti ini memang menghasilkan nilai yang
lebih kecil dibanding perhitungann  arithmetic mean . disamping itu , geometric mean selalu
bernilai lebih kecil kareana metode ini merefleksikan variabilitas return dalam suatu periode
tertentu .
Kapan sebaiknya kita menggunakan geometricmean atau  arithmetic mean  untuk menghitung
tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial dan kumulatif (misalnya 5 atau 10 tahun berturut-turut  ),sebaiknya menggunakan metode geometric mean ,sedangkan arithmetic mean kan lebih baik dipakai untuk menghitung nilai rata –rata aliran return yang  tidak bersifat kumulatif

v     ANALISIS SAHAM

Ø          Pendekatan Relatif
·     Analisis saham yang mudah dipraktikkan adalah pendekatan relatif, yang meliputi:
o       Price Earnings Ratio (PER)
o       Price Dividend Ratio (PDR)
o       Price Book Value Ratio

Ø          Estimasi Harga
·         Dalam menentukan estimasi harga yang akan digunakan untuk mengajukan tawaran beli dan tawaran jual, kita dapat menggunakan rumus:

      P
= E × R atau P = D × R atau P = B × R

·         R atau ratio diambil dari pengalaman sebelumnya, sementara rata-rata bulanan/tahunan E (earnings), D (dividend), dan B (book value) diestimasi berdasarkan laporan keuangan terakhir yang diterbitkan, sehingga selalu berubah setiap ada terbitan baru

Ø          P.E.R dan Siklus Ekonomi: Up Trend

Ø          Dividend Discounted Cash Flow
·         Pendekatan dividend discounted cash flow tidak berlaku jika:
o       Growth lebih besar daripada k (cost of capital)
o       Tidak ada pembagian dividen tunai
o       Dividen tunai berubah setiap tahun

Ø          Estimasi Harga Menurun
·         Jika ROE turun dan plowback ratio tetap, maka estimasi harga saham akan menurun

Ø          WARANT and RIGHT
1.      Warant
  • Suatu opsi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah lembar saham pd harga yang telah ditentukan.
  • Biasanya warrant diterbitkan bersama obligasi. Sebagai bonus krn membeli obligasi
  • Sebagai pemanis/sweetener penerbitan obligasi

2.      Right
  • Para pemegang saham mempunyai hak option untuk membeli sejumlah saham baru.
  • Setiap pemegang saham mempunyai satu right untuk setiap lembar saham yang dimiliki.
  • Apabila pemegang saham tidak ingin membeli tambahan saham baru maka ia bisa menjual rights nya ke orang yang mau membeli saham tersebut.


Referensi
  1. Brigham, Eugene F dan Michael C. Ehrhardt (2005) Financial Management : Theory and Practice. Eleventh Edition, Cincinnati, Ohio South-Western Publishing Company, (BE)
  2. Brealey, Richard A, Steward C. Meyer, dan Frnklin Allen (2006). Corporate Finance, Eight Edition. New York : Irwin/Mc Graw-Hill. (BMA)
  3. Ross, Stephen A, Randolph W. Westerfield, dn Jeffrey Jaffe (2005). Corporate Finance. New York : McGraw-Hill/Irwin (RWJ)
  4. DeMello, Ji (2006), Cases in Finance. Second Edition. (Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ika Permatasari). New York : Irwin/M-Graw-Hill. (D)
  5. Suwandi dan Bambang Sudiatno. Manajemen Keuangan. Bahan Modul Kuliah.
  6. Searching Internet, a.l.:http://id.wikipedia.org/wiki/Stora_Kopparberg, jakarta stock exchange; www.idx.co.id, www.yahoo.finance.com